Di suatu pagi tanggal 14 Oktober 2015, sekitar jam 09.21 WIB, di lapangan terbang Pondok Cabe, Tangerang, Banten. Terlihat dua orang penerbang sedang berbincang-bincang.
Penerbang Senior: Siap mau terbang ke mana dik?
Penerbang Junior: Mau terbang ke Medan Bang. Mau bantu nyari helikopter yang jatuh di Danau Toba.
Penerbang Senior: Kenapa bisa jatuh di Danau ya, helikopter nya?
Penerbang Junior: Bisa karena human eror. Bisa karena asap. Atau bisa juga karena mesin yang rusak.
Penerbang Senior: Akhir-akhir ini kebakaran hutan dimana-mana. Menimbulkan asap yang mengganggu penerbangan.
Penerbang Junior: Betul Bang. Tapi khabarnya negara tetangga udah ikut membantu memadamkan api dengan “water bombing”.
Penerbang Senior: Percuma dik! Selama pembakaran hutan jalan terus, asapnya akan terus ada.
Penerbang Junior: Memangnya dibakar untuk apa sih?? Rakyat disana pada bego semua ya?!
Penerbang Senior: Bukan rakyatnya yg bego atau iseng dik. Tapi aparat pemerintah setempat yang membiarkan terjadinya kebakaran itu. Rakyat itu dibayar untuk membakar hutan. Setelah hutannya habis dibakar, kemudian dibersihkan dan ditanami kelapa sawit dan tanaman lain yang punya nilai ekonomis tinggi. Aparat pemerintah juga dibayar untuk diam sembari siap “mengamankan” lokasi pembakaran dari warga yang protes dan LSM yang suka usil ikut campur urusan orang.
Penerbang Junior: Ha.. Ha… Ha.. Siapa orangnya yang nyuruh membakar hutan dan mengeluarkan banyak uang untuk membayar rakyat dan aparat itu Bang ?
Penerbang Senior: Itu orang-orang kuat dik. Mereka itu punya yang modal banyak untuk usaha sekaligus “melicinkan” urusan usahanya. Mereka tidak ada di daerah yang dibakar itu dik. Mereka itu adanya di ibukota negara dan ibukota negara lainnya. Walau jauh dari lokasi. Mereka tau segalanya Karena punya banyak “mata” dan “telinga” dimana-mana. Sudah dulu ya dik. Selamat bertugas. Hati-hati dengan kabut asap di Sumatera ya!
Penerbang Junior: Terimakasih Bang!